Assalamu'alaikum Wr.Wb
Hai guys ketemu lagi dengan saya Thomas Panji Putra Pratama,disini ane akan ngepost lagi tentang info Paguyuban Gus & jeng Kab.Blitar.Sebentar lagi Paguyuban Gus & Jeng Kab.Blitar akan melaksanakan karantina. Nah setelah karantina tepatnya pada tanggal 27 agustus 2015 diselenggarakannya Grand Final di lokasi Penataran. Setelah acara Grand Final teman-teman Gus & Jeng turut berpartisipasi dalam agenda Purnama Seruling Penataran(PSP), lokasinya juga bertempat di Desa Penataran, candi Penataran. Maka dari itu ayo kita seluruh bangsa indonesia khusunya masyarakat Blitar mari berbondong-bondong untuk memeriahkan agenda ini.silahkan hadir dan bawa teman,keluarga,sudara,dsb. Di jamin gak bakal nyesel dah buat agenda kali ini.
Nah ini nih sekilas info tentang PSP,kalau foto tentang Grand Final Gus & Jeng silahkan datang langsung ke tempatnya.sekian ya guys bila ada tutur kata yang salah ane minta maaf yang sebesar-besarnya.Assalamu'alaikum Wr.Wb.SALAM PARIWISATA
THE PARADISE OF BLITAR REGENCY
Senin, 24 Agustus 2015
Sabtu, 08 Agustus 2015
GONG KYAI PRADAH
SEJARAH
Tersebutlah dalam
cerita, kira-kira pada tahun 1704-1717 Masehi di Surakarta, bertahtalah
seorang raja yang bergelar Sri Susuhunan Pakubuono 1. Raja ini mempunyai
saudara ke-2 yang lahir dari Isteri Ampeyan ( bukan Permaisuri ) bernama
Pangeran Prabu. Ketika Sri Susuhunan Pakubuwono I dinobatkan menjadi Raja,
Pangeran Prabu sangat kecewa hatinya, karena sebenarnya ia berambisi pula
menjadi raja. Maka dari itu ia berkeinginan untuk membunuh adiknya. Rencana ini
telah diketahui oleh kakaknya sebelum dilaksanakan. Sebagai hukuman dari
keinginannya itu, ia diharuskan pergi ke daerah Lodoyo untuk menebang hutan
lebat ini untuk dijadikan daerah pedesaan. Suatu hal yang tidak mustahil bahwa
hutan yang sangat lebat itu, pasti banyak binatang binatang buas dan banyak
pula roh roh yang jahat yang bersarang disitu.
Inilah sebabnya
pangeran prabu harus mendesakan daerah itu dengan maksud supaya pangeran prabu
dimangsa oleh binatang binatang buas atau mati karena sebab yang lain. Pada
waktu itu Lodoyo termasuk daerah yang gawat dan berbahaya dengan ungkapan kata
“ Jalmo moro Jalmo mati “ ( siapa yang datang, berarti mencari kematian ).
Tetapi sekarang tidak, justru ungkapannya “ jalmo moro, jalmo krasan “ ( siapa
yang datang , akan hidup tentram).
Pangeran prabu yang
merasa bersalah makar tehadap raja itu dengan rasa sedih berangkat melaksanakan
sabda raja, dengan diiringi isteri tua benama Rr. Wandansari dan abdi yang
setia pula, bernama Ki Amat Tariman. Ia membawa serta pusaka yang disebut Kyai Bicak,
sebagai alat penawar keadaan daerah yang gawat ini, berupa GONG ( KEMPUL LIMO
).
Mereka berangkat dari
Surakarta menuju ke arah timur. Perjalanan yang disertai kesedihan dan
penderitaan itu sebagai pendorong kuat untuk segera datang ke tempat tujuan.Selang
beberapa bulan dari keberangkatannya mereka datang ketempat itu. Pertama-tama
meraka datang di rumah seorang janda bernama Nyi Partosuto di hutan Ngekul.
Pangeran Prabu hanya
beberapa waktu saja berdiam disitru, karena kesedihan hatinya belum dapat
disembuhkan. Untuk menghilangkan kesedihannya itu Ia berpendapat bahwa hanya
Tuhan-lah kiranya yang bisa menyembuhkannya. Maka dari itu dengan terpaksa
mereka meninggalkan si Janda Partosuto guna mencari ilham dari Tuhan. Sebelum
mereka meninggalkan Ngekul, sudah membayangkan betapa sulitnya perjalanan yang
harus ditempuhnya, maka Pusaka Kyai Becak terpaksa ditinggalkan di Janda
Partosuto dengan Pesan :
1. Tiap tanggal 1 syawal (bertepatan dengan Hari
Raya idul Fitri) dan tanggal 12 rabiul Awal bertepatan dengan Kelahiran
Nabi Muhammad SAW) Pusaka ini harus dimandikan dengan air jernih/suci dicampur
dengan bunga rampai.
2. Air Bekas untuk memandikan bisa digunakan
untuk menyembuhkan penyakit serta bisa menentramkan hati, bagi siapapun yang
meminumnya.
Pada suatu waktu
berpisahlah Ki Amat Tariman dengan Pangeran Prabu yang menyebabkan
kebingungannya untuk menemukan majikannya. Setelah habis daya dan upaya untuk
mencarinya dan belum bersua juga maka Ki Amat Tariman dalam kebingangannya
sempat memukul Gong Kyai Becak itu tujuh kali dengan maksud suara gaung Gong
bisa terdengar oleh Pangeran Prabu. Wal hasil bukan Pangeran Prabu yang
menyahuti suara Gong itu namun beberapa Harimau besar yang mendatanginya.
Anehnya, harimau itu tidak mengganggu Ki Amat Tariman namun justru memberikan
tanda bagi Ki Amat Tariman untuk mengikuti arah harimau itu berjalan. Dan
akhirnya bertemulah Ki Amat Tarima dengan Pangeran Prabu. Maka semenjak itulah
Gong Kyai Becak, disebut juga sebagai Kyai Macan atau Kyai Pradah.
Setelah itu mereka
berangkat berjalan ke arah barat menuju Hutan Pakel. Dan disitulah Pangeran
Prabu bertapa untuk mendapatkan Petunjuk dari Tuhan. Beberapa saat bertapa
namun Pangeran Prabu tetap belum bisa menghilangkan kesedihannya, maka
dilepaskanlah semua tanda kebangsawanannya berupa pakaian dan lain-lain dan
ditinggalkan di pesanggraha Pakel. Tempat itu sampai sekarang masih
dikeramatkan penduduk sekitarnya.
Mereka meningglakan
Pakel menuju ke barat dan belum jauh perjalanan yang ditempuh di tengah jalan
mereka bertemu dengan Prajurit utusan Kerajaan Surakarta. Perselisihan dan
pertikaian tidak bisa dielakkan lagi dan akhirnya dimenangkan oleh Pangeran
Prabu. Meskipun demikian Pangeran Prabu tetap waspada dan berjaga-jaga di Bukit
Gelung. Namun hari berganti hari bulan berganti bulan ternyata tidak ada lagi
prajurit Surakarta yang datang. Mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanan
ke Hutan Keluk (sekarang Desa itu dikenal dengan Desa Ngrejo, Lodoyo Barat). Di
sebuah tempat di Desa ini Pangeran Prabu memangkas Rambutnya dan ditanamlah
disitu Rambut bersama Mahkotanya. Tempat ini sampai sekarang masih dikeramatkan
oleh penduduk sekitar.
Perjalanan mereka
diteruskan ke timur hingga sampailah di hutan Dawuhan. Disana ia membuka ladang
pertanian dengan ditanami padi. Namun tidak berhasil dan gagal panen. Maka
tempat itu dijuluki Gogo Wurung ( gogo artinya berladang/bertani dan Wurung
berarti gagal).
Setelah itu perjalanan
diteruskan dan sampailah mereka ke Hutan Darungan. Ada kejadian yang
menyedihkan bagi Pangeran Prabu disini yaitu Istrinya Ki Wandansari yang tengah
hamil tua melahirkan di sebuah bukit dan si Jabang bayinya wafat. Dia
dikuburkan di tempat itu juga dan tempat itu akhirnya dijuluki Bukit Pandan.
Tempat sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk sekitar.
Perjalanan diteruskan
ke timur menyusuri pinggiran sungai Brantas melalui Hutan Jegu, Gondanglegi,
Tawangrejo dan beristirahat di Hutan Kaulon. Di tempat ini Pangeran Prabu
beserta istri dan pengikut setianya mendirikan tempat untuk berteduh dari terik
matahari dan hujan selama beberapa bulan. Di tempat ini pula Nyi Wandansari
hamil dan akhirnya melahirkan 2 anak kembar. Kedua bayinya tidak berusia panjang
dikarenakan tidak adanya alat untuk membantu saat persalinan anaknya sehingga
bukit ini dijuluki Bukit Peranti. Bukit ini sampai sekarang masih dikeramatkan
oleh penduduk sekitarnya.
Di desa inilah riwayat
Pangeran Prabu berakhir dan tidak diketahui lagi kisah perjalanannya. Namun
Janda Partosuto tetap melaksanakan pesan Pangeran Prabu untuk merawat Kyai
Pradah. Sepeninggal Nyi Partosuto Pemeliharaan Gong Kyai Pradah diserahkan
kepada :
1. Ki Hadiboyo (di Desa Ngekul)
2. Ki Dalang Redi Guno ( di Desa Kepek)
3. Kyai Imam Suparno ( Karena beliau dipanggil ke
Istana Surakarta maka Gong
diserahkan kepada adiknya)
4. Kyai Imam Seco (adik Kyai Imam Suparno dari
Desa Sukoanyar daerah yang
Ber rawa-rawa, sekarang disebut Surejo. Beliau menjabat sebagai Wakil Penghulu
di Blitar hingga wafat tahun 1973.
5. Raden Ronggo Kertarejo(di Desa Kalipang)
6. ……
7. Mbah Palil (di kelurahan Kalipang sampai saat
ini)
Kyai Pradah yang
berwujud Gong (kempul limo) dahulu dibalut dengan kain sutera Pelangi atau
cinde dengan dikelilingi benda-benda pusaka lainnya. Hingga Sekarang Benda ini
masih dirawat dan dimandikan sesuai Pesan Pangeran Prabu, yang disaksikan oleh
ribuan pengunjung dan masyarakat yang masih mengkeramatkannya.
UAPACARA SIRAMAN GONG KYAI PRADAH
Upacara adat Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah merupakan salah satu bentuk budaya lokal di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Tradisi ini sampai sekarang masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya, yaitu setahun dua kali di Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Hal ini karena masyarakat pendukungnya percaya bahwa tradisi ini masih bermanfaat dalam kehidupannya.
Upacara adat Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah merupakan salah satu bentuk budaya lokal di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Tradisi ini sampai sekarang masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya, yaitu setahun dua kali di Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Hal ini karena masyarakat pendukungnya percaya bahwa tradisi ini masih bermanfaat dalam kehidupannya.
Pelaksanaan upacara
adat siraman
pusaka tersebut
merupakan
bentuk pemeliharaan
secara
tradisional
benda peninggalan nenek moyang yang berupa
Gong bernama
Kyai Pradah,
sehingga dengan pemeliharaan
ini pusaka Gong Kyai Pradah akan
tetap lestari.
Tradisi
Siraman
Pusaka Gong Kyai Pradah dapat
menambah rasa
persatuan
dan kegotongroyongan
antar warga
Lodoyo. Selain itu pelaksanaan tradisi
tersebut
juga dapat menambah pendapatan masyarakat
setempat. Kegiatan ini menjadi salah satu aset wisata budaya di Lodoyo
khususnya dan di Kabupaten Blitar pada
umumnya.
Upacara
adat siraman
pusaka Gong Kyai Pradah banyak
mengandung nilai-nilai budaya luhur warisan
nenek moyang, oleh karena
itu sebaiknya tradisi
tersebut
tetap dilestarikan
dan diinternalisasikan
kepada generasi
muda supaya mereka
tidak lepas dari
akar budayanya.
Upacara siraman Gong Kyai Pradah
dilaksanakan dua kali setahun, yaitu setiap tanggal 12 Robiul Awal bertepatan
dengan hari Maulud Nabi Muhammad dan tanggal 1 Syawal bertepatan dengan hari
Raya Idul Fitri. Khusus penyelenggaraan tanggal 12 Robiul Awal upacara diadakan
secara besar-besaran, sedangkan upacara yang diadakan pada tanggal 1 Syawal
dilaksanakan secara sederhana oleh petugas yang berkepentingan saja.
Pelaksanaan upacara siraman Kyai Pradah
dipusatkan di alun-alun Kawedanan Lodoyo kecuali ziarah. Di lokasi tersebut
perlengkapan upacara telah dipersiapkan secara permanen, yaitu: panggung
siraman setinggi tiga meter dengan luas kurang lebih enam belas meter persegi,
dan sanggar penyimpanan, serta pendopo kawedanan.
Sanggar penyimpanan adalah tempat
penyimpanan Kyai Pradah beserta kenong dan wayang krucil, tempat dimana para
pengunjung menyampaikan hajadnya pada hari-hari biasa. Pada saat upacara,
sanggar penyimpanan digunakan untuk tirakatan dan selamatan.
Adapun panggung siraman adalah tempat
untuk melaksanakan acara puncak yaitu siraman gong Kyai Pradah; pendopo
kawedanan pada saat upacara digunakan sebagai tempat duduk para undangan, acara
selamatan, dan tempat hiburan. Ziarah dilakukan di patilasan yang terletak di
Dukuh Dadapan, Kecamatan Sutojayan.
Penyelenggaraan upacara siraman pada
mulanya dilakukan secara spontan oleh warga masyarakat dengan dikoordinasi para
kepala desa di Kecamatan Sutojayan. Namun sekarang penyelenggaraan upacara dikoordinasi
oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Blitar. Tokoh-tokoh yang berperan
sebagai penyelenggara teknis upacara adalah sebagai berikut.
a. Pejabat
Pemerintah. Pada upaeara yang dilaksanakan pada tanggal 12 Robiul Awal sebagai
penanggung jawab formal pelaksana upacara adalah Bupati Blitar, sedangkan pada
upaeara 1 Syawal tokoh yang berperan adalah Pembantu Bupati Lodoyo.
b. Juru
kunci, yaitu juru kunci petilasan dan juru kunci Kyai Pradah.
c. Para
dhalang yang bertempat tinggal di Lodoyo, bertugas membawa kenong dan wayang
krucil.
d. Petugas
pembawa panji-panji Kawedanan Lodoyo dan paying
e. Pemain
kesenian tradisional.
f. Pemasak
sesaji.
Siraman dimulai dengan pembacaan
riwayat Kyai Pradah oleh Bapak Bupati yang diwakilkan pada salah satu petugas.
Pembacaan dilakukan dengan mikrofon sehingga para pengunjung mendengar dengan
jelas.
Selesai pembacaan riwayat dimulailah
puncak acara siraman. Siraman pertama kali dilakukan oleh Bapak Bupati,
dilanjutkan Bapak Pembantu Bupati, pejabat Muspika, juru kunci dan para
dhalang. Kyai Pradah kemudian digosok-gosok dengan kembang setaman agar hilang
karatarinya. Kembang setaman kemudian dipercik-percikkan ketujuh tempayan yang
telah diisi air.
Setelah Kyai Pradah selesai disirami,
maka Bapak Bupati segera mengguyurkan air yang ditempayam ke para pengunjung
yang berdesak-desakan di bawah panggung siraman sampai habis. Demikian halnya
yang di atas panggung pun saling berebut mendapatkan air bekas siraman karena air bekas siraman dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, tolak
balak bahkan membantu orang yang belum dapat jodoh.
Selasa, 07 Juli 2015
The Wonderfull of Rambut Monte
Salam Pariwisata
Salam Sejahtera kawan. Saya akan bercerita sedikit tentang Rambut Monte.
Wisata Rambut Monte merupakan wisata alam yang terdapat sebuah
telaga, candi, petilasan atau tempat untuk bermeditasi dan di latar
belakangi dengan pemandangan yang hijau dari perkebunan teh dan sawah
warga setmempat, yang terhampar sepanjang perjalanan menuju lokasi
wisata ini.
Wisata Rambut Monte terletak di desa Krisik, kecamatan Gandusari,
kurang lebih 30 km dari kota Blitar. Candi yang terdapat di lokasi
Rambut Monte ini merupakan tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu
pada jaman Kerajaan Majapahit. Di bawah candi terdapat sebuah telaga
yang dihuni oleh ikan, yang oleh warga sekitar di sebut dengan Ikan
Dewa.
Di pinggiran telaga disediakan sebuah gazebo untuk beristirahat dan
menikmati keindahan alam di sekitar telaga. Keindahan lokasi Rambut
Monte ini kian bertambah dengan pantulan warna air dalam danau yang
jernih kehijauan dan cenderung ke toska. Pengunjung tidak diperbolehkan
untuk berenang di area telaga yang berisi ikan Dewa, tetapi terdapat
kolam tersendiri untuk pengunjung berenang menikmati hijaunya alam di
Rambut Monte.
Kondisi candi rambut monte hanya
tinggal bagian kakinya saja yang ditata sedemikian rupa dan sepertinya
sudah bukan mirip dengan bentuk aslinya. Foto diatas merupakan kondisi
candi rambut monte saat ini.
Camilan Geti yang Khas Rasanya
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Salam Pariwisata
kali ini Saya akan menerangkan tentang kuliner khas Kabupaten Blitar. Siapa yang sudah pernah dengar Geti?yak geti adalah kuliner khas Kabupaten Blitar. Geti khas Blitar dibuat di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan.
Geti merupakan salah satu makanan khas Blitar yang terbuat dari
kacang, wijen, dan gula merah. Geti biasanya disuguhkan sebagai jajanan
khas di Blitar pada hari raya atau pernikahan untuk menyambut para
tamu. Geti dikembangkan oleh empat keluarga di daerah Plosorejo dalam
bentuk bisnis rumah tangga.
Geti memiliki cita rasa khas yang berbeda dengan produk lain dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Usaha ini sangat menguntungkan bagi masyarakat luas, terutama masyarakat di Tulungagung.
Bisnis geti merupakan salah satu alternatif peluang bisnis yang sangat bagus. Selain rasanya yang khas, geti juga bisa dijadikan sebagai wisata kuliner yang tahan lama dan bisa dibawa ke mana saja. Usaha geti diproduksi di Kecamatan Kademangan. Lokasi ini sangat strategis, karena disamping dekat dengan kota Blitar, kecamatan Kademangan merupakan daerah yang berada di tengah-tengah Kabupaten Blitar. Hal ini bisa mempermudah pemasaran produk geti ke seluruh lingkup Kabupaten.
Pemasaran produk geti sudah mulai merambah daerah sulawesi, jawa tengah, dan jawa timur. Bagi anda yang belum mencoba makanan geti ini, anda pasti menyesal, karena cita rasa makanan ini sangat spesial dan nikmat. apalagi jika disantap pada saat ngopi atau bersantai. Selamat mencoba geti, dan jangan lupa berkunjung ke Kabupaten Blitar yang sangat indah dan penuh dengan budaya yang unik.
Gurihnya kacang tanah bercampur wijen ini memberikan sensasi rasa yang sedikit berbeda. Gurih renyah dan manisnya gula merah berpadu membuat camilan yang satu ini selalu diminati tak hanya masyarakat Blitar, tapi juga warga Jakarta.
Kalau Anda sedang singgah di daerahBlitar, Jawa Timur, sangat mudah sekali menjumpai makanan yang satu ini. Karena memang Blitar merupakan daerah produsen geti. Yak, geti namanya. Camilan yang terbuat dari kacang tanah dan wijen ini memang unik.
Geti ini dibuat mirip sekali dengan enting-enting. Bahkan di beberapa daerah di luar kabupaten Tulungagung, geti disebut juga enting-enting. Kacang tanah dan wijen dimasukkan ke dalam larutan gula merah dan dimasak hingga ganting atau kering. Barulah di taruh ke dalam cetakan. Dan dikemas dalam kemasan plastik kecil-kecil.
Soal rasa, geti tidak kalah dengan jenis camilan lainnya. Rasa geti tidak terlalu manis seperti enting-enting. Karena campuran gulanya tidak sebanyak enting-enting. Ada tiga jenis pilihan geti. Mulai dari geti wijen, geti kacang tanah, ataupun gabungan keduanya. Kalau saya lebih menyukai geti kombinasi kacang tanah dengan wijen. Karena rasanya lebih gurih dan manisnya tidak berlebihan. Kalau sudah makan camilan ini, susah sekali untuk berhenti.
Tapi Anda harus berhati-hati, karena rasanya yang manis akan membuat gigi sakit jika terlalu banyak dan teksturnya yang liat sering menempel di gigi. Saat ini geti hanya bisa dijumpai di daerah asalnya saja. Kalaupun di Jakarta ada, biasanya dijual di toko sentra jajanan khas Jawa Timuran saja. Geti yang paling populer adalah geti olahan Ibu Suparmi yang terkenal dengan merk geti Promadona nya.
Geti memiliki cita rasa khas yang berbeda dengan produk lain dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Usaha ini sangat menguntungkan bagi masyarakat luas, terutama masyarakat di Tulungagung.
Bisnis geti merupakan salah satu alternatif peluang bisnis yang sangat bagus. Selain rasanya yang khas, geti juga bisa dijadikan sebagai wisata kuliner yang tahan lama dan bisa dibawa ke mana saja. Usaha geti diproduksi di Kecamatan Kademangan. Lokasi ini sangat strategis, karena disamping dekat dengan kota Blitar, kecamatan Kademangan merupakan daerah yang berada di tengah-tengah Kabupaten Blitar. Hal ini bisa mempermudah pemasaran produk geti ke seluruh lingkup Kabupaten.
Pemasaran produk geti sudah mulai merambah daerah sulawesi, jawa tengah, dan jawa timur. Bagi anda yang belum mencoba makanan geti ini, anda pasti menyesal, karena cita rasa makanan ini sangat spesial dan nikmat. apalagi jika disantap pada saat ngopi atau bersantai. Selamat mencoba geti, dan jangan lupa berkunjung ke Kabupaten Blitar yang sangat indah dan penuh dengan budaya yang unik.
Gurihnya kacang tanah bercampur wijen ini memberikan sensasi rasa yang sedikit berbeda. Gurih renyah dan manisnya gula merah berpadu membuat camilan yang satu ini selalu diminati tak hanya masyarakat Blitar, tapi juga warga Jakarta.
Kalau Anda sedang singgah di daerahBlitar, Jawa Timur, sangat mudah sekali menjumpai makanan yang satu ini. Karena memang Blitar merupakan daerah produsen geti. Yak, geti namanya. Camilan yang terbuat dari kacang tanah dan wijen ini memang unik.
Geti ini dibuat mirip sekali dengan enting-enting. Bahkan di beberapa daerah di luar kabupaten Tulungagung, geti disebut juga enting-enting. Kacang tanah dan wijen dimasukkan ke dalam larutan gula merah dan dimasak hingga ganting atau kering. Barulah di taruh ke dalam cetakan. Dan dikemas dalam kemasan plastik kecil-kecil.
Soal rasa, geti tidak kalah dengan jenis camilan lainnya. Rasa geti tidak terlalu manis seperti enting-enting. Karena campuran gulanya tidak sebanyak enting-enting. Ada tiga jenis pilihan geti. Mulai dari geti wijen, geti kacang tanah, ataupun gabungan keduanya. Kalau saya lebih menyukai geti kombinasi kacang tanah dengan wijen. Karena rasanya lebih gurih dan manisnya tidak berlebihan. Kalau sudah makan camilan ini, susah sekali untuk berhenti.
Tapi Anda harus berhati-hati, karena rasanya yang manis akan membuat gigi sakit jika terlalu banyak dan teksturnya yang liat sering menempel di gigi. Saat ini geti hanya bisa dijumpai di daerah asalnya saja. Kalaupun di Jakarta ada, biasanya dijual di toko sentra jajanan khas Jawa Timuran saja. Geti yang paling populer adalah geti olahan Ibu Suparmi yang terkenal dengan merk geti Promadona nya.
EKSOTIKA WISATA KABUPATEN BLITAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Salam Pariwisata.
Pie cah kabare?apik apik wae to?
Disini saya akan menceritakan tentang pesona keindahan alam yang ada di Kabupaten Blitar. Terutama Makam Bung Karno. Siapa sih yang gak kenal dengan Sang Maha Mentor dan seorang tokoh utama Penggebrak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ya dialah orangnya Bung Karno.
Soekarno Presiden Pertama Indonesia |
Presiden Indonesia ke-1
Masa jabatan : 18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967 (21 tahun)
Nama Lahir : Koesno Sosrodihardjo
Nama Lain : Soekarno, Bung Karno, Pak Karno
Tanggal Lahir : Kamis, 6 Juni 1901
Nama Lain : Soekarno, Bung Karno, Pak Karno
Tanggal Lahir : Kamis, 6 Juni 1901
Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur,
Tanggal Meninggal : 21 Juni 1970 (umur 69)
Tempat Meninggal : Jakarta, Indonesia
Agama : Islam
Zodiac : Gemini
Warga Negara : Indonesia
Ayah : Raden Soekemi Sosrodihardjo
Bicara tentang Bung Karno, diblitar terdapat banyak objek wisata. Terutama Makam Bung Karno.
Makam Bung Karno merupakan salah satu icon wisata di Blitar.
Sebuah icon wisata yang wajib anda kunjungi apabila anda bepergian ke
Blitar. Tidak heran apabila Blitar juga mendapat julukan Bumi Bung
Karno, karena memang Bung Karno dikebumikan di Kota Patria nan kecil
ini. Selain makam Bung Karno, anda juga bisa melihat berbagai macam
dokumentasi Bung Karno berupa foto di museum yang masih terletak di
Komplek Makam Bung Karno.
Lokasi Komplek Makam Bung Karno
Makam Bung Karno
terletak di sebelah utara kota Blitar, tepatnya di Jalan Ir. Soekarno
yang berada di daerah Bendogerit Kecamatan Sananwetan. Silakan lihat
peta di bawah ini untuk lokasi komplek makam Bung Karno.
Foto di Patung Bung Karno
Sebelum menuju makam, ada baiknya anda masuk melalui pintu selatan,
tepatnya berada di sebelah selatan perpustakaan Bung Karno. Karena di
tempat ini anda akan menemui salah satu spot foto favorit para wisatawan
dangan background Patung Bung Karno yang berada tepat di depan pintu
masuk perpustakaan.
Menikmati Foto Dokumentasi Bung Karno
Setelah puas mengabadikan foto dengan latar belakang patung Bung
Karno, anda bisa melanjutkan masuk ke ruangan yang menyimpan ratusan
foto dokumentasi Bung Karno. Di ruangan ini anda dapat melihat berbagai
macam kegiatan Bung Karno yang sempat terabadikan dalam lensa. Apabila
anda ingin melihat peninggalan barang dan foto yang lain, anda bisa
berkunjung ke Istana Gebang Blitar yang lokasinya tidak begitu jauh dari Makam Bung Karno.
Setelah puas dengan ruangan ini, anda bisa masuk ke perpustakaan Bung
Karno untuk membaca buku / meminjam (khusus untuk anggota dengan KTP
Kota Blitar). Di perpustakaan, anda tidak diizinkan untuk mengambil
foto. Di dalam perpustakaan Bung Karno ada sebuah ruangan yang berisi
buku-buku khusus tentang Bung Karno.
Menikmati Kemegahan Komplek Makam Bung Karno
Apabila anda tidak tertarik untuk masuk ke perpustakaan, anda bisa
langsung melihat kemegahan komplek makam bung karno dengan pilar-pilar
dan kolam yang ada di tengah. Untuk menuju makam Bung Karno, anda harus
menaiki tangga yang cukup tinggi. Sebelum masuk ke area makam, anda isi
buku tamu yang berada di sebelah barat tangga tersebut. Setelah itu anda
bisa masuk ke area makam Bung Karno.
Makam Bung Karno
Makam Bung Karno ramai dikunjungi orang ketika hari Sabtu dan Minggu
serta musim liburan. Apabila anda ingin mendapatkan ketenangan saat
berkunjung di sini, disaranakan untuk datang di hari biasa dimana tidak
akan terlalu banyak orang yang datang. Anda tidak perlu membayar sepeser
pun untuk masuk ke komplek makam Bung Karno. Semuanya gratis, kecuali
parkir kendaraan
Belanja Aneka Oleh-Oleh Khas Blitar di Pasar Oleh-Oleh
Sebelum anda melanjutkan perjalanan ke Candi Penataran atau tempat
wisata lain yang ada di Blitar. Anda bisa mendapatkan oleh-oleh khas
Blitar di pintu keluar Makam Bung Karno. Meski tidak semua oleh-oleh khas Blitar tersedia di sana, namun cocok untuk anda yang tidak mau ribet bepergian keluar area wisata Blitar.
GEOGRAFI KABUPATEN BLITAR
Kabupaten Blitar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Kanigoro setelah sebelumnya satu wilayah dengan Kota Blitar.
Kabupaten Blitar | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||
Semboyan: Hurub Hambangun Praja "Semangat Membangun Negeri" | |||||||||
Letak Kabupaten Blitar di Jawa Timur | |||||||||
Koordinat: 8°09′0″LU 112°0′0″BT | |||||||||
Negara : | Indonesia | ||||||||
Provinsi : | Jawa Timur | ||||||||
Ibukota : | Kanigoro | ||||||||
Hari jadi : | 5 Agustus 1324 | ||||||||
Pemerintahan | |||||||||
• Bupati : | H. Herry Noegroho, S.E, M.H. | ||||||||
Area | |||||||||
• Total : | 1,588.79 km2 (613.44 mil²) | ||||||||
Populasi (2010) | |||||||||
• Total : | 1.116.639 | ||||||||
• Kepadatan | 700/km2 (1,800/sq mi) | ||||||||
Zona waktu : | WIB (UTC+7) | ||||||||
Kode pos : | 66100 | ||||||||
Kode wilayah : | (+62) 0342 | ||||||||
Plat kendaraan : | AG | ||||||||
Situs web | http://www.blitarkab.go.id |
Langganan:
Postingan (Atom)