Senin, 24 Agustus 2015

ROAD TO GRAND FINAL GUSJENG KABUPATEN BLITAR

    Assalamu'alaikum Wr.Wb
Hai guys ketemu lagi dengan saya Thomas Panji Putra Pratama,disini ane akan ngepost lagi tentang info Paguyuban Gus & jeng Kab.Blitar.Sebentar lagi Paguyuban Gus & Jeng Kab.Blitar akan melaksanakan karantina. Nah setelah karantina tepatnya pada tanggal 27 agustus 2015 diselenggarakannya Grand Final di lokasi Penataran. Setelah acara Grand Final teman-teman Gus & Jeng turut berpartisipasi dalam agenda Purnama Seruling Penataran(PSP), lokasinya juga bertempat di Desa Penataran, candi Penataran. Maka dari itu ayo kita seluruh bangsa indonesia khusunya masyarakat Blitar mari berbondong-bondong untuk memeriahkan agenda ini.silahkan hadir dan bawa teman,keluarga,sudara,dsb. Di jamin gak bakal nyesel dah buat agenda kali ini.



Nah ini nih sekilas info tentang PSP,kalau foto tentang Grand Final Gus & Jeng silahkan datang langsung ke tempatnya.sekian ya guys bila ada tutur kata yang salah ane minta maaf yang sebesar-besarnya.Assalamu'alaikum Wr.Wb.SALAM PARIWISATA

Sabtu, 08 Agustus 2015

GONG KYAI PRADAH






SEJARAH
Tersebutlah dalam cerita, kira-kira pada tahun 1704-1717 Masehi di Surakarta, bertahtalah seorang raja yang bergelar Sri Susuhunan Pakubuono 1. Raja ini mempunyai saudara ke-2 yang lahir dari Isteri Ampeyan ( bukan Permaisuri ) bernama Pangeran Prabu. Ketika Sri Susuhunan Pakubuwono I dinobatkan menjadi Raja, Pangeran Prabu sangat kecewa hatinya, karena sebenarnya ia berambisi pula menjadi raja. Maka dari itu ia berkeinginan untuk membunuh adiknya. Rencana ini telah diketahui oleh kakaknya sebelum dilaksanakan. Sebagai hukuman dari keinginannya itu, ia diharuskan pergi ke daerah Lodoyo untuk menebang hutan lebat ini untuk dijadikan daerah pedesaan. Suatu hal yang tidak mustahil bahwa hutan yang sangat lebat itu, pasti banyak binatang binatang buas dan banyak pula roh roh yang jahat yang bersarang disitu.
Inilah sebabnya pangeran prabu harus mendesakan daerah itu dengan maksud supaya pangeran prabu dimangsa oleh binatang binatang buas atau mati karena sebab yang lain. Pada waktu itu Lodoyo termasuk daerah yang gawat dan berbahaya dengan ungkapan kata “ Jalmo moro Jalmo mati “ ( siapa yang datang, berarti mencari kematian ). Tetapi sekarang tidak, justru ungkapannya “ jalmo moro, jalmo krasan “ ( siapa yang datang , akan hidup tentram).
Pangeran prabu yang merasa bersalah makar tehadap raja itu dengan rasa sedih berangkat melaksanakan sabda raja, dengan diiringi isteri tua benama Rr. Wandansari dan abdi yang setia pula, bernama Ki Amat Tariman. Ia membawa serta pusaka yang disebut Kyai Bicak, sebagai alat penawar keadaan daerah yang gawat ini, berupa GONG ( KEMPUL LIMO ).
Mereka berangkat dari Surakarta menuju ke arah timur. Perjalanan yang disertai kesedihan dan penderitaan itu sebagai pendorong kuat untuk segera datang ke tempat tujuan.Selang beberapa bulan dari keberangkatannya mereka datang ketempat itu. Pertama-tama meraka datang di rumah seorang janda bernama Nyi Partosuto di hutan Ngekul.
Pangeran Prabu hanya beberapa waktu saja berdiam disitru, karena kesedihan hatinya belum dapat disembuhkan. Untuk menghilangkan kesedihannya itu Ia berpendapat bahwa hanya Tuhan-lah kiranya yang bisa menyembuhkannya. Maka dari itu dengan terpaksa mereka meninggalkan si Janda Partosuto guna mencari ilham dari Tuhan. Sebelum mereka meninggalkan Ngekul, sudah membayangkan betapa sulitnya perjalanan yang harus ditempuhnya, maka Pusaka Kyai Becak terpaksa ditinggalkan di Janda Partosuto dengan Pesan :
1.      Tiap tanggal 1 syawal (bertepatan dengan Hari Raya idul Fitri) dan tanggal 12 rabiul Awal  bertepatan dengan Kelahiran Nabi Muhammad SAW) Pusaka ini harus dimandikan dengan air jernih/suci dicampur dengan bunga rampai.
2.      Air Bekas untuk memandikan bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit serta bisa menentramkan hati, bagi siapapun yang meminumnya.
Pada suatu waktu berpisahlah Ki Amat Tariman dengan Pangeran Prabu yang menyebabkan kebingungannya untuk menemukan majikannya. Setelah habis daya dan upaya untuk mencarinya dan belum bersua juga maka Ki Amat Tariman dalam kebingangannya sempat memukul Gong Kyai Becak itu tujuh kali dengan maksud suara gaung Gong bisa terdengar oleh Pangeran Prabu. Wal hasil bukan Pangeran Prabu yang menyahuti suara Gong itu namun beberapa Harimau besar yang mendatanginya. Anehnya, harimau itu tidak mengganggu Ki Amat Tariman namun justru memberikan tanda bagi Ki Amat Tariman untuk mengikuti arah harimau itu berjalan. Dan akhirnya bertemulah Ki Amat Tarima dengan Pangeran Prabu. Maka semenjak itulah Gong Kyai Becak, disebut juga sebagai Kyai Macan atau Kyai Pradah.
Setelah itu mereka berangkat berjalan ke arah barat menuju Hutan Pakel. Dan disitulah Pangeran Prabu bertapa untuk mendapatkan Petunjuk dari Tuhan. Beberapa saat bertapa namun Pangeran Prabu tetap belum bisa menghilangkan kesedihannya, maka dilepaskanlah semua tanda kebangsawanannya berupa pakaian dan lain-lain dan ditinggalkan di pesanggraha Pakel. Tempat itu sampai sekarang masih dikeramatkan penduduk sekitarnya.
Mereka meningglakan Pakel menuju ke barat dan belum jauh perjalanan yang ditempuh di tengah jalan mereka bertemu dengan Prajurit utusan Kerajaan Surakarta. Perselisihan dan pertikaian tidak bisa dielakkan lagi dan akhirnya dimenangkan oleh Pangeran Prabu. Meskipun demikian Pangeran Prabu tetap waspada dan berjaga-jaga di Bukit Gelung. Namun hari berganti hari bulan berganti bulan ternyata tidak ada lagi prajurit Surakarta yang datang. Mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke Hutan Keluk (sekarang Desa itu dikenal dengan Desa Ngrejo, Lodoyo Barat). Di sebuah tempat di Desa ini Pangeran Prabu memangkas Rambutnya dan ditanamlah disitu Rambut bersama Mahkotanya. Tempat ini sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk sekitar.
Perjalanan mereka diteruskan ke timur hingga sampailah di hutan Dawuhan. Disana ia membuka ladang pertanian dengan ditanami padi. Namun tidak berhasil dan gagal panen. Maka tempat itu dijuluki Gogo Wurung ( gogo artinya berladang/bertani dan Wurung berarti gagal).
Setelah itu perjalanan diteruskan dan sampailah mereka ke Hutan Darungan. Ada kejadian yang menyedihkan bagi Pangeran Prabu disini yaitu Istrinya Ki Wandansari yang tengah hamil tua melahirkan di sebuah bukit dan si Jabang bayinya wafat. Dia dikuburkan di tempat itu juga dan tempat itu akhirnya dijuluki Bukit Pandan. Tempat sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk sekitar.
Perjalanan diteruskan ke timur menyusuri pinggiran sungai Brantas melalui Hutan Jegu, Gondanglegi, Tawangrejo dan beristirahat di Hutan Kaulon. Di tempat ini Pangeran Prabu beserta istri dan pengikut setianya mendirikan tempat untuk berteduh dari terik matahari dan hujan selama beberapa bulan. Di tempat ini pula Nyi Wandansari hamil dan akhirnya melahirkan 2 anak kembar. Kedua bayinya tidak berusia panjang dikarenakan tidak adanya alat untuk membantu saat persalinan anaknya sehingga bukit ini dijuluki Bukit Peranti. Bukit ini sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk sekitarnya.
Di desa inilah riwayat Pangeran Prabu berakhir dan tidak diketahui lagi kisah perjalanannya. Namun Janda Partosuto tetap melaksanakan pesan Pangeran Prabu untuk merawat Kyai Pradah. Sepeninggal Nyi Partosuto Pemeliharaan Gong Kyai Pradah diserahkan kepada :
1.      Ki Hadiboyo (di Desa Ngekul)
2.      Ki Dalang Redi Guno ( di Desa Kepek)
3.      Kyai Imam Suparno ( Karena beliau dipanggil ke Istana Surakarta maka Gong

diserahkan kepada adiknya)
4.      Kyai Imam Seco (adik Kyai Imam Suparno dari Desa Sukoanyar daerah yang 

Ber rawa-rawa, sekarang disebut Surejo. Beliau menjabat sebagai Wakil Penghulu di Blitar hingga wafat tahun 1973.
5.      Raden Ronggo Kertarejo(di Desa Kalipang)
6.      ……
7.      Mbah Palil (di kelurahan Kalipang sampai saat ini)

Kyai Pradah yang berwujud Gong (kempul limo) dahulu dibalut dengan kain sutera Pelangi atau cinde dengan dikelilingi benda-benda pusaka lainnya. Hingga Sekarang Benda ini masih dirawat dan dimandikan sesuai Pesan Pangeran Prabu, yang disaksikan oleh ribuan pengunjung dan masyarakat yang masih mengkeramatkannya.
                   





UAPACARA SIRAMAN GONG KYAI PRADAH

Upacara adat Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah merupakan salah satu bentuk budaya lokal di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Tradisi ini sampai sekarang masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya, yaitu setahun dua kali di Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Hal ini karena masyarakat pendukungnya percaya bahwa tradisi ini masih bermanfaat dalam kehidupannya.
Pelaksanaan upacara adat siraman pusaka tersebut merupakan bentuk pemeliharaan secara tradisional benda peninggalan nenek moyang yang berupa Gong bernama Kyai Pradah, sehingga dengan pemeliharaan ini pusaka Gong Kyai Pradah akan tetap lestari.
Tradisi Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah dapat menambah rasa persatuan dan kegotongroyongan antar warga Lodoyo. Selain itu pelaksanaan tradisi tersebut juga dapat menambah pendapatan masyarakat setempat. Kegiatan ini menjadi salah satu aset wisata budaya di Lodoyo khususnya dan di Kabupaten Blitar pada umumnya.
Upacara adat siraman pusaka Gong Kyai Pradah banyak mengandung nilai-nilai budaya luhur warisan nenek moyang, oleh karena itu sebaiknya tradisi tersebut tetap dilestarikan dan diinternalisasikan kepada generasi muda supaya mereka tidak lepas dari akar budayanya.
Upacara siraman Gong Kyai Pradah dilaksanakan dua kali setahun, yaitu setiap tanggal 12 Robiul Awal bertepatan dengan hari Maulud Nabi Muhammad dan tanggal 1 Syawal bertepatan dengan hari Raya Idul Fitri. Khusus penyelenggaraan tanggal 12 Robiul Awal upacara diadakan secara besar-besaran, sedangkan upacara yang diadakan pada tanggal 1 Syawal dilaksanakan secara sederhana oleh petugas yang berkepentingan saja.
Pelaksanaan upacara siraman Kyai Pradah dipusatkan di alun-alun Kawedanan Lodoyo kecuali ziarah. Di lokasi tersebut perlengkapan upacara telah dipersiapkan secara permanen, yaitu: panggung siraman setinggi tiga meter dengan luas kurang lebih enam belas meter persegi, dan sanggar penyimpanan, serta pendopo kawedanan.
Sanggar penyimpanan adalah tempat penyimpanan Kyai Pradah beserta kenong dan wayang krucil, tempat dimana para pengunjung menyampaikan hajadnya pada hari-hari biasa. Pada saat upacara, sanggar penyimpanan digunakan untuk tirakatan dan selamatan.
Adapun panggung siraman adalah tempat untuk melaksanakan acara puncak yaitu siraman gong Kyai Pradah; pendopo kawedanan pada saat upacara digunakan sebagai tempat duduk para undangan, acara selamatan, dan tempat hiburan. Ziarah dilakukan di patilasan yang terletak di Dukuh Dadapan, Kecamatan Sutojayan.
Penyelenggaraan upacara siraman pada mulanya dilakukan secara spontan oleh warga masyarakat dengan dikoordinasi para kepala desa di Kecamatan Sutojayan. Namun sekarang penyelenggaraan upacara dikoordinasi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Blitar. Tokoh-tokoh yang berperan sebagai penyelenggara teknis upacara adalah sebagai berikut.
a.  Pejabat Pemerintah. Pada upaeara yang dilaksanakan pada tanggal 12 Robiul Awal sebagai penanggung jawab formal pelaksana upacara adalah Bupati Blitar, sedangkan pada upaeara 1 Syawal tokoh yang berperan adalah Pembantu Bupati Lodoyo.
b.   Juru kunci, yaitu juru kunci petilasan dan juru kunci Kyai Pradah.
c.  Para dhalang yang bertempat tinggal di Lodoyo, bertugas membawa kenong dan wayang krucil.
d.   Petugas pembawa panji-panji Kawedanan Lodoyo dan paying
e.    Pemain kesenian tradisional.
f.     Pemasak sesaji.
Siraman dimulai dengan pembacaan riwayat Kyai Pradah oleh Bapak Bupati yang diwakilkan pada salah satu petugas. Pembacaan dilakukan dengan mikrofon sehingga para pengunjung mendengar dengan jelas.
Selesai pembacaan riwayat dimulailah puncak acara siraman. Siraman pertama kali dilakukan oleh Bapak Bupati, dilanjutkan Bapak Pembantu Bupati, pejabat Muspika, juru kunci dan para dhalang. Kyai Pradah kemudian digosok-gosok dengan kembang setaman agar hilang karatarinya. Kembang setaman kemudian dipercik-percikkan ketujuh tempayan yang telah diisi air.
Setelah Kyai Pradah selesai disirami, maka Bapak Bupati segera mengguyurkan air yang ditempayam ke para pengunjung yang berdesak-desakan di bawah panggung siraman sampai habis. Demikian halnya yang di atas panggung pun saling berebut mendapatkan air bekas siraman karena air bekas siraman dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, tolak balak bahkan membantu orang yang belum dapat jodoh.


Selasa, 07 Juli 2015

The Wonderfull of Rambut Monte

Salam Pariwisata

Salam Sejahtera kawan. Saya akan bercerita sedikit tentang Rambut Monte.
Wisata Rambut Monte merupakan wisata alam yang terdapat sebuah telaga, candi, petilasan atau tempat untuk bermeditasi dan di latar belakangi dengan pemandangan yang hijau dari perkebunan teh dan sawah warga setmempat, yang terhampar sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata ini.

Wisata Rambut Monte terletak di desa Krisik, kecamatan Gandusari, kurang lebih 30 km dari kota Blitar. Candi yang terdapat di lokasi Rambut Monte ini merupakan tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu pada jaman Kerajaan Majapahit. Di bawah candi terdapat sebuah telaga yang dihuni oleh ikan, yang oleh warga sekitar di sebut dengan Ikan Dewa.

Di pinggiran telaga disediakan sebuah gazebo untuk beristirahat dan menikmati keindahan alam di sekitar telaga. Keindahan lokasi Rambut Monte ini kian bertambah dengan pantulan warna air dalam danau yang jernih kehijauan dan cenderung ke toska. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang di area telaga yang berisi ikan Dewa, tetapi terdapat kolam tersendiri untuk pengunjung berenang menikmati hijaunya alam di Rambut Monte.



Kondisi candi rambut monte hanya tinggal bagian kakinya saja yang ditata sedemikian rupa dan sepertinya sudah bukan mirip dengan bentuk aslinya. Foto diatas merupakan kondisi candi rambut monte saat ini.

Camilan Geti yang Khas Rasanya

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Salam Pariwisata

kali ini Saya akan menerangkan tentang kuliner khas Kabupaten Blitar. Siapa yang sudah pernah dengar Geti?yak geti adalah kuliner khas Kabupaten Blitar. Geti khas Blitar dibuat di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan.


Geti merupakan salah satu makanan khas Blitar yang terbuat dari kacang, wijen, dan gula merah. Geti biasanya disuguhkan sebagai jajanan khas di Blitar pada hari raya atau pernikahan untuk menyambut para tamu. Geti dikembangkan oleh empat keluarga di daerah Plosorejo dalam bentuk bisnis rumah tangga.

Geti memiliki cita rasa khas yang berbeda dengan produk lain dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Usaha ini sangat menguntungkan bagi masyarakat luas, terutama masyarakat di Tulungagung.

 
Bisnis geti merupakan salah satu alternatif peluang bisnis yang sangat bagus. Selain rasanya yang khas, geti juga bisa dijadikan sebagai wisata kuliner yang tahan lama dan bisa dibawa ke mana saja. Usaha geti diproduksi di Kecamatan Kademangan. Lokasi ini sangat strategis, karena disamping dekat dengan kota Blitar, kecamatan Kademangan merupakan daerah yang berada di tengah-tengah Kabupaten Blitar. Hal ini bisa mempermudah pemasaran produk geti ke seluruh lingkup Kabupaten.


Pemasaran produk geti sudah mulai merambah daerah sulawesi, jawa tengah, dan jawa timur. Bagi anda yang belum mencoba makanan geti ini, anda pasti menyesal, karena cita rasa makanan ini sangat spesial dan nikmat. apalagi jika disantap pada saat ngopi atau bersantai. Selamat mencoba geti, dan jangan lupa berkunjung ke Kabupaten Blitar yang sangat indah dan penuh dengan budaya yang unik.

 
Gurihnya kacang tanah bercampur wijen ini memberikan sensasi rasa yang sedikit berbeda. Gurih renyah dan manisnya gula merah berpadu membuat camilan yang satu ini selalu diminati tak hanya masyarakat Blitar, tapi juga warga Jakarta.


Kalau Anda sedang singgah di daerahBlitar, Jawa Timur, sangat mudah sekali menjumpai makanan yang satu ini. Karena memang Blitar merupakan daerah produsen geti. Yak, geti namanya. Camilan yang terbuat dari kacang tanah dan wijen ini memang unik.

 
Geti ini dibuat mirip sekali dengan enting-enting. Bahkan di beberapa daerah di luar kabupaten Tulungagung, geti disebut juga enting-enting. Kacang tanah dan wijen dimasukkan ke dalam larutan gula merah dan dimasak hingga ganting atau kering. Barulah di taruh ke dalam cetakan. Dan dikemas dalam kemasan plastik kecil-kecil.

 
Soal rasa, geti tidak kalah dengan jenis camilan lainnya. Rasa geti tidak terlalu manis seperti enting-enting. Karena campuran gulanya tidak sebanyak enting-enting. Ada tiga jenis pilihan geti. Mulai dari geti wijen, geti kacang tanah, ataupun gabungan keduanya. Kalau saya lebih menyukai geti kombinasi kacang tanah dengan wijen. Karena rasanya lebih gurih dan manisnya tidak berlebihan. Kalau sudah makan camilan ini, susah sekali untuk berhenti.

 
Tapi Anda harus berhati-hati, karena rasanya yang manis akan membuat gigi sakit jika terlalu banyak dan teksturnya yang liat sering menempel di gigi. Saat ini geti hanya bisa dijumpai di daerah asalnya saja. Kalaupun di Jakarta ada, biasanya dijual di toko sentra jajanan khas Jawa Timuran saja.  Geti yang paling populer adalah geti olahan Ibu Suparmi yang terkenal dengan merk geti Promadona nya.

EKSOTIKA WISATA KABUPATEN BLITAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Salam Pariwisata.
Pie cah kabare?apik apik wae to?

Disini saya akan menceritakan tentang pesona keindahan alam yang ada di Kabupaten Blitar. Terutama Makam Bung Karno. Siapa sih yang gak kenal dengan Sang Maha Mentor dan seorang tokoh utama Penggebrak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, ya dialah orangnya Bung Karno.
                       Soekarno - Presiden Pertama Indonesia
                                                                          Soekarno
                                                                            Presiden Pertama Indonesia
Presiden Indonesia ke-1
Masa jabatan : 18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967 (21 tahun)
Nama Lahir : Koesno Sosrodihardjo
Nama Lain : Soekarno, Bung Karno, Pak Karno
Tanggal Lahir : Kamis, 6 Juni 1901


Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur, 
Tanggal Meninggal : 21 Juni 1970 (umur 69)
Tempat Meninggal : Jakarta, Indonesia Agama : Islam Zodiac : Gemini Warga Negara : Indonesia Ayah : Raden Soekemi Sosrodihardjo

Bicara tentang Bung Karno, diblitar terdapat banyak objek wisata. Terutama Makam Bung Karno.
Makam Bung Karno merupakan salah satu icon wisata di Blitar. Sebuah icon wisata yang wajib anda kunjungi apabila anda bepergian ke Blitar. Tidak heran apabila Blitar juga mendapat julukan Bumi Bung Karno, karena memang Bung Karno dikebumikan di Kota Patria nan kecil ini. Selain makam Bung Karno, anda juga bisa melihat berbagai macam dokumentasi Bung Karno berupa foto di museum yang masih terletak di Komplek Makam Bung Karno.
Lokasi Komplek Makam Bung Karno
Makam Bung Karno terletak di sebelah utara kota Blitar, tepatnya di Jalan Ir. Soekarno yang berada di daerah Bendogerit Kecamatan Sananwetan. Silakan lihat peta di bawah ini untuk lokasi komplek makam Bung Karno.


Foto di Patung Bung Karno
Patung Bung Karno di Perpustakaan Blitar
Patung Bung Karno di Perpustakaan Blitar
Sebelum menuju makam, ada baiknya anda masuk melalui pintu selatan, tepatnya berada di sebelah selatan perpustakaan Bung Karno. Karena di tempat ini anda akan menemui salah satu spot foto favorit para wisatawan dangan background Patung Bung Karno yang berada tepat di depan pintu masuk perpustakaan.
Menikmati Foto Dokumentasi Bung Karno
kumpulan foto bung karno
kumpulan foto bung karno
Setelah puas mengabadikan foto dengan latar belakang patung Bung Karno, anda bisa melanjutkan masuk ke ruangan yang menyimpan ratusan foto dokumentasi Bung Karno. Di ruangan ini anda dapat melihat berbagai macam kegiatan Bung Karno yang sempat terabadikan dalam lensa. Apabila anda ingin melihat peninggalan barang dan foto yang lain, anda bisa berkunjung ke Istana Gebang Blitar yang lokasinya tidak begitu jauh dari Makam Bung Karno.
Setelah puas dengan ruangan ini, anda bisa masuk ke perpustakaan Bung Karno untuk membaca buku / meminjam (khusus untuk anggota dengan KTP Kota Blitar). Di perpustakaan, anda tidak diizinkan untuk mengambil foto. Di dalam perpustakaan Bung Karno ada sebuah ruangan yang berisi buku-buku khusus tentang Bung Karno.
Menikmati Kemegahan Komplek Makam Bung Karno
perpustakaan bung karno
perpustakaan bung karno
Apabila anda tidak tertarik untuk masuk ke perpustakaan, anda bisa langsung melihat kemegahan komplek makam bung karno dengan pilar-pilar dan kolam yang ada di tengah. Untuk menuju makam Bung Karno, anda harus menaiki tangga yang cukup tinggi. Sebelum masuk ke area makam, anda isi buku tamu yang berada di sebelah barat tangga tersebut. Setelah itu anda bisa masuk ke area makam Bung Karno.
Makam Bung Karno
makam bung karno
makam bung karno
Makam Bung Karno ramai dikunjungi orang ketika hari Sabtu dan Minggu serta musim liburan. Apabila anda ingin mendapatkan ketenangan saat berkunjung di sini, disaranakan untuk datang di hari biasa dimana tidak akan terlalu banyak orang yang datang. Anda tidak perlu membayar sepeser pun untuk masuk ke komplek makam Bung Karno. Semuanya gratis, kecuali parkir kendaraan :)
Belanja Aneka Oleh-Oleh Khas Blitar di Pasar Oleh-Oleh
Sebelum anda melanjutkan perjalanan ke Candi Penataran atau tempat wisata lain yang ada di Blitar. Anda bisa mendapatkan oleh-oleh khas Blitar di pintu keluar Makam Bung Karno. Meski tidak semua oleh-oleh khas Blitar tersedia di sana, namun cocok untuk anda yang tidak mau ribet bepergian keluar area wisata Blitar.

GEOGRAFI KABUPATEN BLITAR

Kabupaten Blitar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Kanigoro setelah sebelumnya satu wilayah dengan Kota Blitar.

Kabupaten Blitar

Lambang
Semboyan: Hurub Hambangun Praja
"Semangat Membangun Negeri"

Letak Kabupaten Blitar di Jawa Timur

Letak Kabupaten Blitar di Indonesia
Koordinat: 8°09′0″LU 112°0′0″BT
Negara      :Indonesia
Provinsi    :Jawa Timur
Ibukota     :Kanigoro
Hari jadi   :5 Agustus 1324
Pemerintahan
  Bupati  :H. Herry Noegroho, S.E, M.H.
Area
  Total          : 1,588.79 km2 (613.44 mil²)
Populasi (2010)
  Total         :  1.116.639
  Kepadatan                700/km2 (1,800/sq mi)
Zona waktu    :WIB (UTC+7)
Kode pos        : 66100
Kode wilayah  : (+62) 0342
Plat kendaraan  :   AG
Situs webhttp://www.blitarkab.go.id